Universitas Membaca: Kampus, Skripsi, dan Drama Kehidupan Mahasiswa
Kita semua tahu bahwa “membaca” itu penting. Bahkan, kalau klik disini saja ada perguruan tinggi yang benar-benar mengajarkan seni membaca, mungkin sudah banyak sarjana yang menang lomba baca cepat sekaligus menangis lebih cepat saat lihat tugas akhir. Nah, mari kita bahas topik serius tapi santai: Universitas Membaca!
Dari Status Perguruan Tinggi ke Status Media Sosial
Di era 2006–sekarang, status universitas tak kalah rumit dari status relationship di media sosial. Ada Universitas Perguruan Tinggi Negeri yang bangga dengan akreditasi A dan fasilitas lengkap seperti kantin mahal. Ada juga Perguruan Tinggi Swasta yang berlomba-lomba bikin tagline keren kayak “Unggul dan Berprestasi” meskipun Wi-Fi sering putus nyambung.
Tidak ketinggalan, kampus-kampus yang dulu hanya dikenal sebagai sekolah tinggi, kini sudah naik kelas menjadi universitas. Perubahan status universitas ini bukan cuma bikin nama kampus makin panjang, tapi juga bikin mahasiswanya tambah pusing saat ditanya, “Kampus kamu sekarang apa namanya?”
Coba bayangkan ini:
- Tahun 2005: “Oh, aku kuliah di Sekolah Tinggi Teknik ABC.”
- Tahun 2006: “Sekarang udah jadi Universitas ABC. Kayaknya sih tambah keren, tapi parkirannya tetep susah.”
2006–Sekarang: Era di Mana Semua Mahasiswa Butuh Peta Kampus
Kalau zaman dulu kampus cuma terdiri dari satu gedung tua dan kantin sederhana, kini 2006–sekarang kampus semakin luas. Rasanya mahasiswa baru butuh GPS dan kompas buat cari ruang kelas. Bahkan, kalau mau ke toilet aja, bisa nyasar sampai ke fakultas sebelah.
Dengan status universitas yang makin bergengsi, banyak perguruan tinggi berlomba-lomba bikin gedung lebih megah daripada kantor pemerintahan. Tapi, ironisnya, di balik gedung pencakar langit itu, mahasiswa masih susah cari stop kontak buat ngecas laptop. Universitas Perguruan Tinggi memang ajaib, teman-teman!
Mahasiswa dan Skripsi: Drama Sepanjang Masa
Salah satu cobaan mahasiswa dari 2006 hingga sekarang adalah skripsi. Tidak peduli status universitas kalian negeri, swasta, atau khayalan belaka, skripsi tetap jadi sumber stres utama. Kadang, skripsi ini lebih menyeramkan daripada tagihan indekos bulan depan.
Bahkan, saking lamanya ngerjain skripsi, ada mahasiswa yang jadi legenda di kampus. Tahun masuk 2006, lulusnya 2026. Entah itu karena bimbingan yang sulit ditemui atau memang terlalu cinta dengan kampus.
“Hidup mahasiswa abadi!”
Kesimpulan: Universitas Membaca, Baca Doa Biar Cepat Lulus
Jadi, dari 2006–sekarang, universitas dan perguruan tinggi telah mengalami banyak perubahan. Status universitas naik kelas, fasilitas semakin modern (walau kadang nggak semua fungsional), dan mahasiswa semakin pintar membaca situasi: mulai dari dosen killer, jadwal kelas kosong, sampai membaca hati gebetan di fakultas sebelah.
Pada akhirnya, Universitas Membaca bukan cuma soal buku tebal dan jurnal ilmiah. Tapi juga tentang belajar membaca realita hidup: bagaimana caranya survive di dunia kampus sambil berharap cepat diwisuda. Kalau belum bisa lulus? Tenang, baca doa aja dulu.